Rabu, 23 Juni 2010

NTT Harus Gencot Pariwisata Laut Untuk Meningkatkan Perekonomian Daerah

Ilmu rumpu rampe

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terdiri dari 566 pulau dan 134 diantaranya belum dinamai (sumber : Media Indonesia). Memiliki daerah yang cukup luas dengan hampir 85% wilayahnya adalah lautan.
Namun sebuah hal yang pasti bahwa di setiap tahun, daerah tercinta ini memiliki berita yang cukup unik bahkan sama disetiap tahunnya yakni sesuatu yang menjadi momok bagi kita semua dan itu ialah kemiskinan dan kurang gizi.

Tidak disangkal bahwa umumnya daerah NTT adalah wilayah yang kebanyakan tidak subur (namun perlu diingat bahwa ada sejumlah daerah yang sangat subur dan memiliki potensi yang sangat baik untuk pertanian). Umumnya masyarakat NTT hidup dari bertani dan nelayan. Jika di telaah, kedua mata pencaharian ini memiliki sejumlah tantangan yang luar biasa. Khusus untuk pertanian, dengan kondisi alam yang cukup panas (di musim kemarau) dan umumnya bebatuan sudah tentu membuat para petani harus memiliki ilmu atau keterampilan khusus untuk menyiasati hal tersebut agar bisa berhasil dalam bertani. Disisi lain, kadang-kadang peralihan musim yang tidak menentu, misalnya di tahun 2010 biasanya pada bulan Maret atau April sudah memasuki musim kemarau, namun di beberapa daerah intensitas curah hujan sangat besar malah melebihi keadaan biasanya. Banyak petani yang gagal panen (puso) karena padi, jagung dan tanaman-tanaman lainnya yang hendak dipanen hanyut dibawah banjir.

Sedangkan untuk nelayan, perairan NTT adalah termasuk salah satu perairan yang dalam dan memiliki ombak yang cukup tinggi apalagi pada musim-musim tertentu. Hal ini tidak memberikan harapan pasti bagi para nelayan untuk melaut, kondisi inilah kadang membuat para nelayan nekad turun kelaut karena mereka harus makan walaupun nyawa jadi taruhan demi menghidupi keluarga.
Sebagai seorang putra NTT, kadang malu. Sudah menjadi agenda tahunan nasional bahwa kemiskinan dan kekurangan gizi selalu terjadi di NTT.
Siapa yang salah?,pemerintah pusat atau pemerintah daerah? Atau masyarakat NTT sendiri? Ataukah, apakah masyarakat NTT adalah masyarakat yang malas?
Menyikapi hal di atas yakni kondisi alam yang sangat berpengaruh pada mata pencaharian masyarakat NTT yakni bertani dan nelayan, apakah pemerintah daerah tidak dapat merencanakan sebuah pembangunan yang dapat memberikan mata pencaharian baru bagi masyarakat NTT agar bisa keluar dari kemelut hidup seperti itu sehingga bisa menghindari agenda tahunan yang menurut saya kurang baik itu? Melihat daerah NTT yang sebagian besar terdiri dari lautan, mungkinkah pemerintah pusat dan daerah bisa bekerja sama untuk membangun sebuah mata pencaharian baru bagi masyarakat seperti budidaya ikan di keramba, budidaya rumput laut dan sebagainya. Dalam hal ini saya bermaksud kegiatan ini bukan sekedar hoby atau kerja sampingan tapi lebih pada merubah pola pikir masyarakat agar menerima itu sebagai sebuah mata pencaharian baru. Saya berpikir, daerah kita sangat luas dan tentunya ini akan sangat berguna jika dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Yang pada akhirnya adalah kita bisa hidup tanpa harus tergantung pada curah hujan yang tidak tentu disetiap tahunnya. Hal ini akan bernilai ekonomis sangat tinggi dan berpeluang pada eksport.
Kita tahu bahwa daerah kita memiliki 566 pulau dan saya berkeyakinan bahwa potensi laut disekitar pulau-pulau itu masih sangat kecil dimanfaatkan untuk kemakmuran masyarakat kita. Sekali lagi saya hanya berharap agar kita tidak hanya menggantungkan hidup pada iklim yang tidak menentu tapi mari menyiasati hal lain yang mungkin dapat memberi peluang hidup bagi masyarakat kita.
Saya boleh memberikan contoh pada sebuah daerah di provinsi Sulawesi Tenggara yakni Kabupaten Wakatobi. Bagi saya daerahnya sangat tidak subur dan cukup tandus, namun perekonomiannya sangat baik, kehidupan masyarakatnya semakin maju. Setelah menelusuri lebih jauh, ternyata mereka tidak menggantungkan hidup pada kondisi alam tersebut namun memanfaatkan potensi laut, daerah perairan yang sangat memberikan keuntungan disetiap saat, dan inilah yang memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat Wakatobi.
Selain memanfaatkan potensi laut, dapat membangun wisata bahari. Saya yakin potensi alam laut NTT jauh lebih indah dibanding daerah lain, semisal Wakatobi, Bunaken dan lain-lain. Mungkin Wakatobi terkenal karena dikelola oleh pihak asing, tapi sangat memberikan dampak kemajuan ekonomi bagi masyarakatnya. Mengapa NTT tidak bisa melakukan hal semacam itu? Mencontoh hal yang baik saya kira tidak salah, daripada para petinggi hanya travelling ke mana-mana yang bersembunyi dibalik istilah study banding. Yang setelah pulangnya tidak tahu apa yang dilakukan, apa kontribusinya bagi daerah? Lebih-lebih study banding nya ke luar negeri?
Saya hanya berharap semoga pemerintah pusat dan daerah dan para petinggi-petinggi daerah kita dapat mencari jalan keluar untuk membuat nasib lewo tanah ke depan semakin baik sehingga jangan kita menjadi pemegang prestasi tahunan dalam hal kemiskinan dan kurang gizi
.


Selasa, 15 Juni 2010